Sabtu, 05 Juni 2010

Harapan didalam diri manusia

Harapan berasal dari kata harap, artinya keinginan supaya sesuatu terjadi. Yang
mempunyai harapan atau keinginan itu hati.putus harapan berarti putus asa.
Harapan artinya keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyaiharapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya sebagai manusia. Manusia yang tidakmempunyai harapan berarti tidak dapat diharapkan lagi.
Menurut kodratnya dalam diri manusia ada dorongan yakni dorongan kodrat dandorongan kebutuhan hidup. Dorongan kodrat itu ialah menangis, tertawa, berkata,berpikir, bercinta, mempunyai keturunan, dan sebagainya.
Kebutuhan hidup ialah kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialahpangan, sandang, dan papan.sedangkan kebutuhan rohani ialah meliputi kebahagian,kesejahteraan, kepuasan hiburan dan sebagainya.
Dalam mencukupi kebutuhan itu, baik kebutuhan kodrat maupun kebutuhan hidup
manusia tak dapat mencapai sendiri, melainkan harus dengan bantuan orang lain.
Berdasarkan dorongan kebutuhan kodrat dan kebutuhan hidup itu, maka orangmengharapkan agar kebutuhan hidup itu terpenuhi.sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu.
Kita ingat akan ibarat demikian, “manusia tanpa cita-cita ibarat sudah matisebelum ajal”, artinya orang yang tidak suka atau tidak mempunyai cita-cita atauharapan itu tak cita-cita atau harapan. Jadi harapan itu sifatnya manusiawi dimiliki olehsiapapun dan dari golongan apapun.
Bila kita tinjau dari wujudnya dapat dikatakan tidak terhingga, namun bila dilihat
dari tujuannya hanya ada satu, ialah hidup bahagia. Bahagia dunia dan akhirat.
Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan itu
sebagai berikut:
1.Harapan seperti apa yang baik
2.Bagaimana cara mencapai harapan itu
3.Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai
Sebab sering kita saksikan banyak orang tua terlalu mengharapkan kepada anak-anaknya bagar menjadi dokter, insinyur, pendek kata mendapatkan jabatan atau pangkatyang tinggi. Menurut dugaaan bahwa semua pangkat, jabatan yang tinggi mampumemberikan kebahagiaan. Padahal
belum tentu demikian. Justru orang yang berpangkat, kaya, kelihatan terpandang hatinya gundah, pikirannya kusut dan bingung.Sebliknya orang yang hidupnya serba sederhana kalau tidak mau dikatakan kekuranganhatinya selalu bahagia, tenang, damau. Mengapa demikian?
Bila kita ingat dengan kehidupan itu tidak hanya di dunia saja, namun juga diakhirat, bahkan kehidupan disana lebih abadi. Maka sudah selayaknya “harapan” untukhidup bahagia di kedua tempat itu sudah kita niati.
Orang yang hanya mengharapkan niatnya hidup kaya, cenderung mudah sekaliterseret ke jalan yang kurang baik. Sering orang yang seperti itu kurangmemperhitungkan dari aturan permainan dalammendapatkan kekayaan itu. Tidak jarangklalu “menghalalkan cara”. Pegangan seperti itu mulai dilaksanakan sejak yangbersangkutan duduk dibangku pendidikan. Dilanjutkan pada saat mencari jabatan ataupekerjaan, dan disempurnakan pada waktu sudah menduduki suatu jabatan.
Akjirnya bila sudah kaya, semata-semata semuanya itu hanya untuk memuaskankehendaknya, memuaskan hawa nafsunya. Karena kepuasan dilandasi hawa nafsu, makaselanya tidak akan merasa puas. Dan akhirnya tidak akan dapat merasakan bahagia.Tidak aneh orang itu nantinya akan melakukan hal-hal yang tidak terpuji, asalkehendaknya terpenuhi.Karena itu manusia selalu dipenuhi harapan-harapan prnuh tapi jangan sampai harapan itu terlalu berlebihan seperti contoh diatas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar